CERITA SEDIH : Kebahagiaan Yang Gagal

Karangan dari: Nada nabillah

Pagi ini seperti biasa, aku menjalankan aktivitas pagiku: menuntut ilmu. Setiap pagi benakku bagai pasar, ramai dikelilingi bayanganmu. Meski sebenarnya, kau bukan siapa-siapa dalam hidupku. Tuhan hanya menakdirkan kau sebagai seorang teman untukku. Setiap pagi senyummu ku nanti, meski kadang kau terus saja bersikap angkuh padaku. Tapi tiba-tiba saja hari ini kau sunggingkan senyummu untukku. Entahlah apa yang membuatmu memberi keindahan itu untukku. Yang jelas, pagi ini begitu menyenangkan untukku.

Di dalam kelas, pertama kalinya kau menatapku. Setelah beberapa kau tak pernah memandangku. Kini ku lihat dalam dan ku terawang jauh dalam matamu. Namun tak ku temukan apapun. Aku hanya merasa ketulusan di balik pandangan dan senyum yang kau berikan pagi ini. Mungkinkah ini pertanda kau akan segera menjadi milikku dan membahagiakan hari-hariku? Aku hanya bisa berharap dan terus berharap, tanpa bisa melakukan lebih.

Istirahat tiba, kau berjalan menghampiriku. Membuka harapan dan jalur bahagiaku. Ku rasakan hatimu telah melambai-lambai pada sepinya hatiku saat ini. Lalu kau berikan aku sebuah cokelat. Tahukah kau seberapa bahagianya hatiku saat ini? Jantungku berdebar, tanganku gemetar, dan bibirku terus menyunggingkan senyum yang tiada henti-hentinya. Ia kemudian pergi, berjalan perlahan. Sambil sesekali menengok ke arahku, kemudian tersenyum. Pertanda apa ini Tuhan? Akankah ia benar-benar jadi milikku?

Keesokan harinya, ku lihat bangkunya kosong. Ia tak masuk hari ini? Ah, aku akan rindu padanya. Lalu seorang guru memasuki kelasku dengan tergesa-gesa. Ia menyuruh aku beserta seluruh anak yang ada di dalam kelas untuk segera memasuki mobil yang telah disewa pagi ini oleh guruku. Kami memasukinya dengan heran dan penasaran. Mobil ini berhenti tepat di depan sebuah rumah yang sudah tak asing lagi untukku. Aku turun dari mobil dengan wajah yang begitu heran sekaligus penasaran.

Sebenarnya apa yang terjadi? Bukankah ini rumah seseorang yang akan membahagiakanku? Ada apa sebenarnya? Aku memasuki rumahnya, dan ku lihat ia berbaring, terbujur kaku ditutupi dengan selimut yang transparan. Aku tertawa. Benarkah yang ku lihat sekarang? Apakah aku masih bermimpi pagi ini? Bangunkan aku Tuhan!!! Bangunkan aku dari mimpi buruk ini Tuhan!!!

Aku menjatuhkan tubuhku di atas lantai, tanpa peduli bagaimana orang melihatnya. Seorang wanita menghampiriku, ku rasa ia Ibunya. Ia memberiku surat. Begini isinya, “Hei, kau tahu? Aku mengagumi sejak awal aku melihatmu. Hanya saja, aku tak punya keberanian untuk menyatakannya. Saat aku merasa hariku tinggal sejengkal, keberanian itu datang. Memaksaku untuk memberikan bahagia padamu. Maaf jika aku terlambat. Satu kenyataan yang harus kau ketahui: kau ada dalam relung dan rongga hatiku.”

Air mataku tak terbendung, hatiku remuk bagai kaca yang pecah berhamburan. Jika saja aku tahu kau juga memiliki rasa yang sama, aku tak pernah takut menyatakan rasa ini sedari dulu. Kau tak pernah terlambat sayang. Tenanglah, aku menyayangimu bahkan tak akan pernah bisa melupakanmu.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »