Rasa sakit ini begitu memerihkan hati, membuat aku serasa terlempar dalam jurang penuh lumpur hitam pekat. Aku terpuruk dalam kegundahan yang sangat, membuat tubuhku serasa tak mampu lagi berdiri. Sayatan sayatan luka ini demikian dalam dan sanggup membuat otakku tak mampu berpikir jernih.
Siang itu, Tuhan memberikan petunjuk padaku tentang satu rahasia yang selama 15 tahun dipendam suamiku. Perselingkuhan suamiku dengan seorang pelacur muda terkuak sudah, dan yang lebih menyakitkan hati, suamiku terlibat percintaan di luar hubungan antara pelacur dan pelanggannya.
Gemetar seluruh tubuhku mendengar kebenaran berita ini, harusnya aku sudah sadar saat suamiku baru pulang bertugas dari luar kota dan ke dokter karena alat kelaminnya sakit dan tidak mau aku antar, padahal biasanya aku selalu di sampingnya jika dia ada urusan di luar pekerjaannya. Tapi aku terlalu percaya pada suami dan mungkin aku terlalu tolol untuk membaca hal seperti ini.
Dan bodohnya lagi, karena selalu percaya kesetiaan suami dan percaya kata hati bahwa suami takkan pernah bisa mencintai perempuan lain selain aku. Mengingat hubungan percintaanku dengan suami yang penuh liku liku dan aku dengan suka rela meninggalkan keluargaku hanya agar aku bisa menikah dengannya.
Tapi Tuhan ternyata masih memihakku, perselingkuhan suamiku tergambar jelas di depan mataku, saat perempuan itu masuk ke inbox FB anakku yang menyatakan kalau dia teman ayahnya, dan menitipkan salam hangat untuk suamiku.
Penasaran aku telusuri FB perempuan itu, dan di wall perempuan itu terjawab semua. Kisah percintaan mereka sangatlah indah dan suamiku pernah mengatakan pada perempuan itu bahwa dia mempunyai alasan yang sangat khusus saat menjatuhkan pilihan hati pada pelacur itu. Juga saat saat terakhir perpisahan mereka (saat suamiku selesai bertugas di luar kota itu) mereka melakukan perpisahan yang tak pernah bisa dilupakan oleh perempuan itu meski kini dia juga sudah punya suami.
Perempuan manapun akan merasa sakit hati bila mengahadapi situasi yang seperti ini, bayangkan sekuat hati aku mengabdi pada suami dan meninggalkan keluarga besar untukknya, kini penghianatan yang kudapat. Suamiku tipe orang yang selalu ingin di ladeni, makan minum semua aku yang mengambilkan, dia adalah boss di rumah kami,dan aku layaknya wanita jawa melayani suami tanpa pernah mengeluh.
Kini, hidupku hampa, aku tak mampu lagi menyusun serpihan serpihan duka, yang ada hanyalah airmata. Aku bagaikan mayat hidup bernafas tapi tak berjiwa. Aku tak bisa membenci suamiku, tapi aku juga tak ingin melihat wajahnya. Aku telah mati dan perempuan itu adalah kematianku.
• END •
BACA JUGA
CERPEN : Aku pasti kembali