CERPEN : Jadikan aku kenangan

DARI : Mia Faresna

Menghindarimu, kerap kulakukan itu namun bukan berarti rasaku telah pudar untukmu aku hanya belajar hidup tanpamu jika kelak tuhan tak mengizinkanku memilikimu..**Cinta, mungkin tak selamanya berakhir indah. Ada saatnya cinta berakhir dengan kepedihan dan airmata. Seperti kisah kita berdua. Rasa indah yang telah lama terjaga harus kuakhiri tanpa alasan yang membuatmu percaya. Aku tau aku tlah melakukan hal yang bodoh. Pergi dari cintamu pergidari orang yang benar benar mencintaiku. Tapi aku bisa apa? aku terpaksa..Dimataku kaulah terindah diantara yang pernah singgah yang datang sesaat lalu pergi begitu saja yang mengagumi kelebihanku tanpa mencintai kekuranganku.Namun kau berbeda..Kau mencintaiku dengan cara istimewa tak pernah menuntutku untuk menjadi sempurna. Kau biarkan aku menjadi diriku apa adanya. Tak perlu terlihat cantik atau tampil menarik layaknya gadis gadis remaja lain.Aku bersyukur tuhan tlah mengirimkan seorang sepertimu untuk melengkapi kisah hidupku. Membuat hariku berwarnadan waktuku menjadi berharga.Andai kau tau sejak hari dimana aku memutuskan untuk setia mencintaimu tak pernah ada sosok lain didalam hatiku. Hanya kamu itu sudah cukup membuatku bahagia. Kaulah yang kerap menciptakan senyum dibibirku selalu ada saat aku membutuhkanmu. Memelukku saat aku lemah menjadi penyemangat saat aku berputus asa.

**Oktober 2008..
Untuk pertama kalinya kita merayakan anniversary pertama. Entah apa yang bisa kukatakan ,aku bahagia. Ingatkah? saat itu kita masih sama sama mengenakan seragam SMA. Sepulang sekolah kau mengajakku berjalan menyusuri pinggiran danau lalu duduk dibawah sebuah pohon besar yang saat itu sedang menggugurkan daunnya. Kau mengeluarkan sesuatu dari saku bajumu, sebuah liontin hatibermata biru. Senyummu manis dan mengalungkan liontin itu dileherku. Bagiku itulah momen terindahku disenja yang syahdu.**Jika engkau mengijinkanku berkata jujur bagiku kau lebih dari sekedar pacar. Kau adalah keluargaku, teman, sahabat, kakak bahkan terkadang aku menganggapmu sebagai ayahku. Bagaimana tidak , kau memberiku kasih sayang yang lebih dari cukup dan aku hanya bisa mengucapkan terimakasih atas semua itu.

**Oktober 2012..
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat dan kita merayakan anniversary yang ke 4. Aku bersyukur kita masih bersama dan hubungan kita baik baik saja.Malam itu kau mengajakku makan malam ditempat favorit kita, Cafe Permata.Kita duduk berhadapan dimeja yang sama entah kenapa aku merasa canggung. Rasanya ada yang berbeda saat menatap wajah teduhmu. Kini kau bukan lagi anak kecil tapi pria dewasa. Lebih tampan dan bersih. Tak kumal seperti masa SMA dulu. Aku tertawa kecil. 3 tahun kau pergi keluar kota untuk bekerja, ternyata telah membuatmu menjadi benar benar berbeda.Kau menopang dagu dengan kedua tanganmu, matamu menatapku syahdu hingga tiba tiba senyum itu terukir dibibirmu. Entahlah mungkin kau merasa konyol melihat tingkahku yang sedari tadi hanya tersenyum saat mencuri pandang padamu.Kau memesan semangkuk eskrim coklat untukku. Mataku berbinar kau masih mengingat makanan kesukaanku. Aku memakannya dengan lahap. Suasana mulai mencair dan aku bisa mengendalikan kecanggunganku.Kucolek eskrim dengan jariku dan kesentuh pipimu. Kau tercengang lalu tertawa lepas hingga membalasku dengan hal yang sama. Kita berdua tertawa ,semua ini mengingatkan kita pada masa SMA hingga tiba saja sakit itu kembali menyerang perutku. Aku memekik kecil dan kau mulai terlihat mencemaskan keadaanku. Aku terdiam mencoba meredakan sakit itu namun sepertinya aku tak mampu hingga aku memintamu untuk mengantarku pulang malam itu.**Aku terbangun dan mendapati hari telah pagi. Kulihat ponselku satu pesan masuk tertera dilayar.DARIMU, aku tersenyum senang. Kau memintaku menemuimu ditaman nanti siang.**Aku mengenakan dress merahmuda dengan blezer yang senada. Rambut ikalku kubiarkan tergerai dengan hiasan bandana putih untuk menambah manis penampilanku. Aku berkaca, hampir sempurna hanya saja wajahku sedikit pucat. Biarlah..Seorang pria berjaket abu melambaikan tangan padaku. Akutersenyum dan menghampirimu lalu duduk disampingmu."Nanti siang aku kembali ke Yogya". Ucapmu kala itu. Secepat itukah? Sungguh aku masih merindukanmu. Aku hanya tersenyum dan menggenggam tanganmu baiklah akufaham banyak pekerjaan disana yang tak bisa kau tinggalkan."Hanya sebulan, aku harap kau sabar. Aku akan kembali untuk melamarmu.."Mataku berbinar apakah aku bermimpi? Aku memintamu mengulangi kata kata itu dan aku tak percaya namun kau meyakinkanku dengan senyuman itu.**Malam menjelang tiba tiba saja sakit itu kembali datang. Kenapa jadi sesering ini?? Sakit yang teramat sangat menyerang perutku, kali ini lebih dahsyat sampai aku menjerit menahannya. Tuhan..

Aku kenapa?**
Kanker rahim stadium 3.Diagnosa dokter malam itu bagaikan petir yang menyambar telingaku. Beliau mengatakan bahwa aku harus melakukan oprasi pengangkatan rahim sebelum kanker itu semakin parah. Airmataku mengalir jika aku melakukan oprasi itu artinya aku takkan bisa menjadi wanita sempurna, seorang ibu.Kudekap lututku erat erat disudut kamar gelap tanpa ada seorangpun melihat. Jarak satu bulan terasa dekat kau akandatang melamarku. Seharusnya aku bahagia memikirkan hal hal indah tentang kita berdua. Menikah, menjadi sebuah keluarga, tinggal dirumah sederhana, bahagia memiliki anak anak kecil yang cantik dan tampan.Tanpa sadar aku membanting ponselku kekaca rias hingga pecah berderai. Tangisku berubah menjadi raungan kala aku sadar bahwa kebahagiaanku hanyalah impian.

***01 Desember 2012..
Tepat sebulan pasca oprasi yang kulakukan kau datang danberkunjung kerumahku. Sama seperti dulu kau masih akrab saat bertemu ibuku.Aku menemuimu diruang tamu dan kau menyambutku dengan sekotak eskrim coklat kesukaanku. Aku tersenyum dan duduk disampingmu.Kau bercerita tentang karirmu, tentang usaha konveksi yangsemakin hari semakin maju. Aku sangat antusias mendengar ceritamu. Kau benar benar berubah menjadi seorang pria yang sukses dan bermasa depan cerah."..nanti kita akan tinggal di Yogya aku sudah membeli rumahuntuk kita berdua. Kau pasti menyukainya halamannya luas ada taman bermain pula aku mendesainya untuk malaikat kecil kita nanti". Tanpa sadar aku beranjak. Kau bermimpi begitu indah kau ingin hidup bersamaku dan bahagia. Tapi aku?? Aku takkan bisa mewujudkan keinginanmu aku berlarimenuju kamar dan kau kutinggalkan.**Sudah beberapa hari aku mengurung diri aku tak menemuimu meski berkalikali kau datang kerumahku. Entahtelfon atau pesan singkat darimu tak kuhiraukan. Aku tak ingin menemui siapapun aku menghindar darimu juga keluargaku. Namun bukan berarti rasaku telah pudar untukmu aku hanya belajar hidup tanpamu jika kelak tuhan tak mengizinkanku memilikimu..

**09 Februari 2013..
Rintik hujan dilangit kelabu.Aku memenuhi permintaanmu untuk datang kekafe sore itu.Hancur rasanya saat aku berjanji bahwa itu adalah hari terakhir untukku melihat dirimu. Sebenarnya aku ingin terbuka padamu dan menceritakan apa yang telah aku alamisaat kau jauh dariku tapi aku tak ingin membuatmu cemas dan bersikeras menikahiku. Aku takkan sempurna maka lebih baik aku pergi tanpa alasan dan berharap semoga tuhan memberi kasih abadi yang terbaik untuk hidupmu.**Kau menyambutku dengan senyum terbaikmu saat aku datang dan menghampirimu. Entah sudah berapa lama kau menunggu , aku terlambat datang dari waktu yang dijanjikan. Aku masih ingat saat itu.. Kau terlihat tampan dengan balutan kemeja putih yang kau kenakan.Kau mengeluarkan sesuatu dari saku bajumu. Sebuah kotakmungil berwarna merah beludru. Kau membukanya dan cincin itu terlihat didepan mataku."Aku melamarmu.." Kau mengucapkan sepatah kata itu dan aku tak dapat lagi membendung airmataku. Ingin rasanya aku memelukmu membiarkan rasa haru itu melebur dibahumu. Tapi?? Aku sudah berjanji pada diriku untuk pergi darimu.Aku beranjak meninggalkanmu keluar dari kafe itu, bergegas kau mengejarku. Sepanjang jalan kau terus bertanya padaku. Ada apa? Kenapa dengan sikapmu? Namun aku tak menghiraukanmu.Aku berjalan setengah berlari dengan isakan tangis yang tak mampu kusembunyikan lagi.Gerimis semakin deras tubuhku mulai basah. Namun aku tak mempedulikannyahingga tiba saja tanganmu berhasil mencekal tanganku. Aku masih ingat momen pedih itu saat wajah kita saling berhadapan ditengah derai hujan. Kau meminta penjelasan padaku dengan lembut seakan kau tak marah atas sikap acuhku. Aku tersenyum pahit dan berkata bahwa tak ada yang perlu dijelaskan. Kau bersikeras meminta jawaban dan tiba saja kebohongan itu terucap daribibirku."Aku mencintai oranglain.." seketika hening menyergap dan hanya terdengar tetes kepedihan dari hujan yang berderai."Maaf aku telah membohongimu, selama ini aku sudah memilih pria lain untuk menjadi pendampingku". Dan untuk pertama kalinya kulihat airmata itu jatuh dipipimu. Aku berusaha tegar saat itu walau sebenarnya hatiku juga merasakan sakit yang sama. Kau tertawa dalam airmatamu berharap bahwa saat itu aku sedang berbohong. Ya aku memang berbohong, berbohong untuk kebaikanmu.Dengan jemari bergetar kucoba untuk menghapus airmatamu."Jangan berharap untuk memilikiku.. Aku tak mencintaimu lagi.. Biarkan aku bahagia bersama pilihanku.. Pergilah dan cari seorang yang benar benar mencintaimu.. Selamat tinggal masalaluku jadikan aku kenangan dalam hidupmu.."Aku pun membalikkan badanku dan berlari meninggalkanmu.Meninggalkanmu dalam hujan dan kepedihan itu.

**09 Februari 2015..
Ditanggal yang sama bulan yang sama dan tahun yang berbeda aku berdiri ditempat terakhir aku meninggalkanmu.Masih teringat saat saat terakhir aku melihatmu dalam kehancuranku dalam kepedihanku. Semuanya telah berlalu terkecuali rasa sakit itu aku masih bisa merasakannya dalam hatiku dalam fikirku dalam aliran darahku dalam jiwaku. Aku tak bisa melupakan itu..Hingga langit kelabu dan gerimis turun dari langit yang berwajah sendu. Kutengadahkan wajahku menutup kedua mataku membiarkan gerimis membasahi tubuhku membiarkan jiwaku terbang bersama angin yang mengantarku kemasa setahun lalu.

Baca juga
CERPEN : suami istri yang memilukan

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »